Senin, 30 Mei 2011

Bercerita, Cara Mudah Cerdaskan Anak

MENDONGENG atau bercerita sering dianggap sebagai hal yang sederhana. Padahal lewat bercerita, seorang anak bisa diajarkan segala hal, mulai dari belajar bahasa, pengetahuan umum, etika, kreativitas, sampai mendekatkan orangtua dengan anak.

Nayla (6), sedang asyik membaca sebuah cerita anak-anak. Layaknya pendongeng, dia bercerita dengan suara keras, sambil sesekali menirukan suara benda-benda yang ada dalam cerita.Seringkali, dia berhenti membaca, saat menemukan kata-kata yang tidak dimengertinya. Pada ibu yang mendampingi nya membaca, Nayla sibuk bertanya arti kata “terhuyung”, “melesat”, atau “gaduh”.

“Saya memang bilang ke dia, kalau ada kata-kata yang tidak dimengerti, tanyakan saja. Selain agar dia bisa memahami teks yang dia baca, sekalian juga belajar katakata dalam bahasa Indonesia yang sehari-harinya mungkin sudah tidak pernah dia dengar,” kata Tri, ibu Nayla.

Mendongeng, bercerita, atau mendampingi anak saat mereka sedang membaca buku sudah jauh-jauh hari dianjurkan psikolog anak Seto Mulyadi atau Kak Seto. Dalam sebuah kesempatan, pria yang selalu berwajah sumringah ini mengatakan bahwa dengan mendongeng, komunikasi antara orangtua dan anak akan lebih efektif.

“Mengajar bahasa Indonesia pada mereka juga lebih mudah,” katanya.

Tentu saja, itu hanya sebagian kecil dari manfaat bercerita. Manfaat lebih besar, dan paling mendasar ialah bahwa bercerita bisa dijadikan alat untuk membentuk perilaku dan nilainilai dasar yang penting bagi perkembangan karakter anak.

Nah, waktu yang tepat untuk hal tersebut ialah saat anak berusia 1-5 tahun, atau yang sering disebut sebagai golden age atau usia emas. Pada usia emas, anak-anak akan mudah sekali menyerap sesuatu dari lingkungan sekitarnya. Mereka akan dengan mudah meniru sesuatu yang mereka lihat atau dengar.

Ini menjadi jawaban mengapa anak-anak yang tumbuh di era sekarang mudah sekali menghapal lagu-lagu orang dewasa, karena hanya itulah yang mereka lihat di sekelilingnya.

Nah, daripada menghapal lagu orang dewasa yang tidak sesuai usianya, akan lebih baik jika anak dibacakan cerita yang bisa menanamkan nilai-nilai positif pada dirinya. Cerita menjadi media yang tepat, karena bagi anak-anak, mendengarkan cerita umumnya menjadi hal yang menyenangkan. Lewat cerita pula, penanaman nilai bisa dilakukan secara halus, tanpa harus membentak atau menasehati anak.

Cara penanaman nilai ini juga dinilai akan mengembangkan kreativitas anak, dibanding lewat perintah atau instruksi yang akan membunuh kreativitas anak. Menurut psikolog yang juga dosen di Universitas Airlangga Budi Setiawan, saat mendengar atau membaca sebuah cerita, seorang anak akan membangun definisinya sendiri tentang segala hal yang ada di cerita tersebut. Imajinasinya akan berkembang seiring jalannya cerita.

“Misalnya didalam cerita ada mobil. Dengan mendengarkan cerita tersebut, si anak bisa berpikir bahwa ternyata mobil bisa mengantarkannya dari satu tempat ke tempat yang lain.Ia bisa tahu banyak fungsi mobil dengan sendirinya, dengan pikirannya.Ini akan memicu daya pikir dan kreativitasnya dibanding jika ia diberikan definisi langsung apa itu mobil,” jelas psikolog yang akrab disapa Bukik ini.

Lakukan seleksi cerita

Meski dongeng dan bercerita merupakan cara ampuh dalam mendidik anak usia dini, namun Budi juga mengingatkan agar orangtua tidak sembarangan dalam menceritakan dongeng kepada anak-anak. Pasalnya, ada dongeng-dongeng yang ternyata bisa saja tidak sesuai dengan nilai-nilai positif yang ingin ditanamkan orangtua yang bersangkutan.

Budi mencontohkan dongeng tentang Si Kancil yang bisa saja malah menanamkan nilai tentang menghalalkan segala cara dan mengorbankan orang lain demi keinginannya. Begitu juga dongeng tentang Si Malin Kundang anak durhaka.

“Sekilas, Malin Kundang memang terasa mendidik anak agar tidak melawan orangtua. Tapi ini bisa terjadi fatalisme. Anak akan takut mencoba, takut belajar, karena kalau sudah salah, dia tidak akan bisa mencoba lagi,” terang psikolog yang mendirikan organisasi sosial Indonesia Bercerita ini.

Karena itulah, Budi menyarankan agar orangtua membaca dan memilah dulu dongeng atau cerita yang ingin dibacakan kepada anak. Cerita juga harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak, agar anak mampu mencerna cerita dengan baik dan akhirnya tertancap di benaknya hingga dewasa nanti.

Untuk bisa memilih cerita yang baik, misalnya perumpamaan sebuah pohon untuk menggambarkan nilai-nilai tersebut, yang juga dijadikannya ukuran dalam menilai cerita-cerita yang dibuat di Indonesia Bercerita.

Buah, misalnya, diibaratkan sebagai cerita untuk menanamkan nilai-nilai kreativitas, kemauan untuk belajar, dan kemampuan kolaborasi atau kemauan untuk berperan aktif dalam tim sesuai kelebihan yang dimiliki si anak sambil menghargai kelebihan yang dimiliki anak yang lain.

Sementara karakter Daun, ialah karakter yang berkaitan dengan hubungan sosial,misalnya menumbuhkan rasa empati, bersikap ramah, penyayang, dan mau berbagi dengan sesama.

Karakter Batang-Dahan mengacu pada karakter yang membentuk perilaku anak. Yaitu pengelolaan emosi, motivasi diri, kemandirian, dan rendah hati. Terakhir yaitu Akar, atau karakter yang menjadi modal dasar yang melandasi jenis karakter lainnya. Elemennya terdiri dari Penerimaan diri atau menerima kelebihan dan kekurangan diri, berpikir apresiatif (bersyukur dan mengapresiasi atas suatu kondisi), imajinatif,dan punya rasa ingin tahu.

Bayangkan, hanya dengan bercerita, orangtua atau guru bisa menanamkan nilai-nilai ini pada anak-anak.Jadi bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kekuatan bercerita.

“Bercerita Murah, tapi powerfull,” .

Sabtu, 07 Mei 2011

Michael Moore: Amerika Kalah Melawan Osama

"Kita menghabiskan miliaran dolar dalam perang tak berguna. Ketakutan kini menguasai kita."
Mahasiswa Amerika Serikat merayakan kabar tewasnya Osama bin Laden (AP Photo/Andy Colwell)
 
VIVAnews - Pembuat film Michael Moore berkomentar keras atas aksi pasukan Amerika Serikat menembak mati Osama bin Laden. Terlepas dari apa pun alasan kematian Osama, tindakan itu disebut Moore sebagai pembunuhan.

Seperti dilansir USA Today, Moore sejak hari Rabu lalu men-twit sejumlah komentar terkait Osama. "Dia (Osama--red) mungkin telah mati, namun dalam satu hal, dia menang. Kita melepaskan hak kita. Kita melewatkan undang-undang Patriot. Kita menghabiskan miliaran dolar dalam perang tak berguna. Ketakutan kini menguasai kita."

Poin terbarunya, Moore menyatakan Osama seharusnya dibawa ke pengadilan. "Kita telah kehilangan sesuatu dari jiwa kita di negeri ini...sesuatu yang membedakan kita dari yang lain, negeri lain, di mana kita mengatakan setiap orang memiliki masa di pengadilan terlepas dari seberapa buruk orang itu, terlepas dari seberapa jahat mereka, mereka memiliki hak diadili... setelah Perang Dunia II, kita tidak begitu saja menembakkan peluru ke kepala pemimpin Nazi. Kita membawa mereka ke pengadilan."

Dan hari Jumat 6 Mei 2011 ini, Moore menyampaikan twit terbaru lagi. "Saya tak paham mengapa mereka tidak mengakui ini: Itu (pembunuhan Osama--red) adalah sebuah eksekusi/pembunuhan."

Perang Rp25 Triliun

Osama memang menjadi musuh publik nomor satu dan termahal dalam sejarah Amerika Serikat. Tim Fernholz dan Jim Tankersley dari National Journal melansir, Amerika Serikat menghabiskan US$3 miliar atau lebih dari Rp25 triliun untuk sampai pada tembakan dua peluru yang menewaskan Osama.

Angka Rp25 triliun ini baru perhitungan konservatif yang dihabiskan selama 15 tahun. Angka ini belum memperhitungkan biaya-biaya tambahan yang muncul karena gangguan atas ekonomi Amerika dan biaya peningkatan keamanan Amerika Serikat.

Dan hasilnya, untuk ekonomi Amerika Serikat, kata Fernholz dan Tankersley, nyaris nol dan justru Amerika akan terus menanggung biaya yang muncul dari pengerahan ratusan ribu tentara di Afghanistan dan Irak.

“Kita telah menghabiskan sejumlah besar uang yang tak memiliki banyak efek atas penguatan militer kita dan memiliki dampak kecil pada ekonomi kita," kata Linda Bilmes, dosen di John F Kennedy School of Government, Harvard University, yang menulis buku mengenai biaya perang Irak and Afghanistan wars bersama ekonom pemenang Nobel Joseph Stiglitz.

Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi saat Amerika menghadapi Nazi yang dipimpin Adolf Hitler. Kekalahan Nazi mengakhiri era depresi besar dan memulai era kemakmuran dunia yang didominasi Amerika Serikat. Dan era ini juga ditandai dengan loncatan teknologi yang merevolusi ekonomi secara keseluruhan.


Sumber : VIVAnews.com

JEJAK TINJU PAK KIAI



 
Emha Ainun Nadjib

ANDAIPUN di seluruh Indonesia tak ada lagi koruptor di segala level dan lini, tak ada kejahatan, keserakahan, maksiat atau segala macam nilai kacau lainnya, tidak serta-merta bangsa kita akan menjadi selamat atau apalagi pasti mengalami kemajuan.

Baik buruk, jahat tak jahat, bukan satu-satunya faktor penentu nasib manusia. Dimensi dasar nilai hidup manusia yaitu baik dan buruk, benar dan salah, indah dan tidak indah, sebenarnya belum cukup. Masih ada dimensi mendasar lainnya, belum lagi variabel-variabel dan detailnya. Ada ratusan terminologi.

Ada orang mengucapkan sesuatu dan melakukannya. Ada orang mengucapkan, tapi tak melakukan. Ada yang melakukan, tapi tak mengucapkan. Ada yang tak mengucapkan dan tak melakukan, dengan berbagai variabelnya.

Ada orang yang tahu sedikit tentang sedikit hal. Ada orang tahu banyak tentang sedikit hal. Ada orang tahu sedikit tentang banyak hal. Ada yang tahu banyak tentang banyak hal - dengan berbagai variabelnya.

Ada orang mengkritik dan memberi jalan keluar. Ada orang mengkritik, tapi tak bisa memberi jalan keluar. Ada orang memberi jalan keluar tanpa mengkritik. Ada orang tidak mengkritik dan tidak memberi jalan keluar, dengan berbagai variabelnya.

Ada orang berjuang, berteriak-teriak, dan melaksanakan perjuangannya. Ada orang berjuang, tidak berteriak tapi mewujudkan perjuangannya. Ada orang berjuang dan tidak sibuk mengumumkan di koran bahwa ia berjuang, karena teriakan mengganggu strategi perjuangannya. Ada orang berteriak-teriak tapi tidak berjuang. Ada orang yang tidak berteriak-teriak dan tidak berjuang, dengan segala variabelnya.

Ada orang yang mengerti dan mengerti bahwa dia mengerti. Ada orang mengerti tapi tidak mengerti bahwa dia mengerti. Ada orang yang tidak mengerti tapi mengerti bahwa dia tidak mengerti. Ada orang yang tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa dia tidak mengerti, dengan segala variabelnya.

Ada orang berdagang dan memusatkan diri pada pelayanan terhadap pelanggannya. Ada orang berdagang sibuk pada apa mau dia terhadap pelanggan sehingga lupa apa maunya pelanggan. Ada pedagang yang tidak peduli-peduli amat pada kemauan pelanggan dan tidak konsentrasi pada apa mau dia sendiri dalam berdagang, dengan segala variabelnya.

Ada orang perang dengan berbekal semangat dan keyakinan untuk menang, dengan menghitung cuaca, medan, dan musuh. Ada orang perang sangat teliti menyelidiki kekuatan cuaca, medan, dan musuh sehingga tidak sempat menghitung kekuatan dan kelemahan sendiri. Ada orang perang sibuk membanggakan kehebatannya sehingga merasa tidak perlu memperhitungkan lawan. Ada orang perang yang atas musuh tak berhitung dan atas dirinya sendiri juga tak berhitung, dengan segala variabelnya.

Ada orang yang sangat khusyuk dengan prinsip dan idealismenya dan sangat sungguh-sungguh memikirkan strategi terapan prinsipnya. Ada orang yang total pegang prinsip sampai tak punya energi dan waktu untuk memikirkan bagaimana menerapkannya. Ada orang yang habis usianya untuk tata kelola dan tata terapan sampai tidak ada prinsip yang tersisa di dalam dirinya. Ada orang yang tak peduli pada prinsip dan tak sungguh-sungguh melaksanakan apa pun, dengan segala variabelnya.

Ada seorang kiai nonton tinju bersama santri-santrinya pada suatu Minggu pagi bulan Maret tahun 1974. George Foreman melawan Muhammad Ali di Kinshasa.

Pak kiai bersemangat dan bersorak-sorai terus-menerus sampai terdengar ke seluruh asrama santri di pesantrennya. Sebaliknya, para santri hampir tidak ada suaranya dan tampak bingung air muka mereka. Setiap kali Muhammad Ali ditonjok, Pak Kiai bersorak. Para santri tidak berani meng-counter meskipun hati mereka ikut sakit melebihi sakitnya Muhammad Ali ditonjokin Foreman. Ali 32 tahun menantang juara dunia Foreman 24 tahun.

Mulai ronde 3 Ali sudah lari ke pojok ring terus dan memang tak diberi peluang oleh Foreman untuk sedetik saja tak terpojok. Ali minta tolong sama tali ring untuk bergelayutan dengan punggungnya menghindari pukulan-pukulan Foreman. Para santri rasanya tidak ridha dunia akhirat melihat dan mendengar Pak Kiai bersorak-sorak terus setiap kali Ali diberondong pukulan. Sampai akhirnya tiba menit kedua ronde kedelapan, Ali balas memukul, akumulasi jab, straight, dan hook. Foreman munting, terputar badannya dan tergeletak TKO.

Badannya belum habis benar, tapi mental dan hatinya KO lebih dulu karena tak menyangka Ali yang tua mampu menjatuhkannya. Para santri tak bisa menahan diri lagi. Begitu Foreman ngglimpang, mereka berteriak-teriak sangat keras. Sebaliknya Pak Kiai langsung pingsan, karena dua perkara. Pertama karena Foreman tumbang, kedua karena pekik kegembiraan para santri.

Sejumlah santri panik dan menjunjung tubuh Pak Kiai, mencoba menyadarkannya. Salah seorang santri nyeletuk, "Kenapa sih Pak Kiai mbelain Foreman?" Santri lain menjawab, "Lho, tidak. Pak Kiai sangat fanatik dan cinta sama Ali. Cuma dia sangka yang Foreman itulah Ali."

Kisah ini diperuntukkan bagi siapa saja, aktivis, intelektual, pahlawan, pejuang, DPR, pemerintah, LSM, ulama dan siapa saja: mohon dengan sangat jangan ikuti jejak Pak Kiai itu.

Perda Anti Rokok Tidak Lindungi HAM Perokok

Kopi dan Rokok
Ilustrasi
Naas nian nasib perokok Indonesia sudah terkena sistem upeti tembakau masa lalu yang berbentuk pita cukai, kini perokok akan selalu dibayangi hukuman kurungan penjara 3 hari bila tertangkap tangan merokok di area perda anti rokok oleh satpol pp. Data 2006 saja menunjukkan, angka cukai rokok mencapai Rp 37 triliun dan pada 2007 menjadi Rp 43,8 triliun.
Kocek saku perokok dihisap negara, ancaman penjara atau denda pun mengintai sewaktu-waktu. Aneh bukan? Perokok yang membeli produk yang sah mau menikmati rokok telah dikriminalisasi dengan ancaman sanksi kurungan.
Sebagai pembayar pajak yang cukup besar seharusnya perokok mendapatkan fasilitas yang dapat menunjang merokok seperti halnya orang yang bayar pajak kendaraan bermotor mendapatkan fasilitas perbaikan jalan dsb. Nasib perokok berbeda 180 derajat dari pengguna kendaraan yang sama-sama mengeluarkan asap berbahaya. Alih-alih mendapat fasilitas hak-haknya pun kini dibatasi. Ruang isolasi bagi perokok ditempat umum sampai 3 hari kurungan penjara atau denda 50 ribu rupiah tertuang dalam perda anti rokok di Indonesia. Alasannya diterbitkan perda-perda ini adalah kepentingan kesehatan yang tidak merokok dan kepentingan HAM para perokok.
Alasan demi kepentingan HAM perokok justru malah perda-perda ini melanggar HAM. Membeli dan mengkonsumsi rokok tentunya berbeda dengan membeli dan mengkonsumsi produk ilegal seperti narkoba. Logika apa yang dipakai dalam pasal ancaman 3 hari kurungan penjara untuk menjerat perokok di tempat umum, mungkin kawan-kawan pembaca dapat mengkomentari tulisan ini. Toh perokok sudah membayar pajak.
Sebuah perda yang didasari oleh rasa paranoid yang berlebihan. Perda ini secara komensense didasari kepercayaan asap rokok adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker. Para ahli menghabiskan ratusan juta dollar untuk menguji 5.000 partikel asap rokok. Hasilnya 95% dari asap rokok beberapa diantaranya Karsinogenic (bisa memicu kanker) dan Anti Karsinogenic. Dari berbagai penelitian tersebut belum jelas bahan yang bisa dengan jelas berbahaya bagi perokok. Katakanlah dalam asap rokok terdapat Carbon Monoxide yang sering dikatakan dikatakan dapat menguras oksigen dalam tubuh. Adalah benar bahwa jumlah CO yang sangat besar besar dalam tubuh dapat menggantikan oksigen yang berakibat lemas. Akan tetapi sangat jauh dari cukup untuk keracunan CO melalui rokok, dibanding melalui kendaraan bermotor. Bahkan menurut penelitian Federal center for disease control and prevention di amerika sana, sumber CO terbesar adalah dari alat-alat rumah tangga, seperti Heater, Microwave, dsb.
Mari kita bandingkan dengan penjual sate , ikan, barbeque dan ayam bakar di area perda anti rokok. Asap arang dari pedagang makanan tersebut mengandung jauh lebih banyak bahan kimia berbahaya seperti: Carbon Monoxide dan Formaldehyde. 4,5 Kg arang(sekira untuk bakar 3 ikan karper besar), asapnya sama dengan 3200 batang rokok (sekira 160 pak). T. Sama juga dengan Kendaraan bermotor yang menghasilkan asap dan bahan kimia berbahaya yang jauh-jauh lebih banyak ketimbang rokok. Bagaimana aturan perundangan mengatur hal ini? Apakah akan ada larangan membakar Ikan, Ayam, barbeque di tempat umum.
Sementara itu, kasus susu formula yang jelas terdengar di berbagai media utama sudah memakan korban tidak teregulasi dengan jelas. Banyak sekali bahan-bahan kimia yang berbahaya dalam produk yang kita pakai sehari-hari juga tidak jelas aturannya seperti perda anti rokok.
Mari kita inventarisir apa yang kita gunakan sehari-hari. Mulai dari air PAM! Chlorine sangat berbahaya bagi tubuh. Kemudian, tanaman kita menggunakan Pestisida yang dapat menurunkan kekebalan tubuh, pestisida didesain untuk membunuh organisma yang hidup dalam tanah. Banyak alat-alat pembersih rumah tangga disertai peringatan avoid to skin and eyes karena mengandung kimia berbahaya.
Kebutuhan sehari-hari yang kita anggap biasa dan sangat diperlukan seperti shampoo, hand body lotion, sun sreen,make up juga mengandung bahan kimia berbahaya, masih segar di ingatan kita produk kecantikan yang mengandung mercury? konsekwensinya adalah bahwa make up/berdandan kini berhubungan dengan kanker terutama kanker payudara.
Plastik sudah demikian mencemari lingkungan kita yang membawa konsekwensi bahan kimia berbahaya. Ikan yang mengandung mercury sangat berbahaya bagi syaraf dan dapat menghancurkan ginjal, yakinkah Anda laut kita bebas dari pencemaran ditengah kecilnya kesadaran kita tentang pencemaran laut? Sejak Teflon diproduksi telah hadir bahan kimia yang sebelumnya tidak ada. Alumunium sudah sejak lama diketahui mempunyai hubungan dengan Alzheimer dan ada imbauan tidak menggunakan alumunium pada alat-alat masak, akan tetapi tetap saja prodduksi alat masak dari alumunium tetap berjalan. Sudah seharusnya pubik diberi tahu tentang bahan-bahan berbahaya di atas. Akankah produk-produk tersebut tertempel label berbahaya seperti dalam bungkus rokok.
Hukum Merokok Menurut Agama
Rokok memang sebuah produk yang khas yang belum tentu bisa dikelompokkan dengan produk makanan minuman. Banyak orang bilang rokok adalam “makanan ringan” paling disukai karena tidak mengeyangkan. Rokok dianggap sebagian perokok sebagai pencuci mulut yang murah sehabis makan. Rokok pun sebenarnya layak untuk ditempelin label halal oleh MUI. Kenapa bisa? Karena perdebatan tentang halal haram rokok sudah selesai sejak abad 18. Masih ingatkan tokoh pendiri muhammadiyah KH Achmad Dahlan? Tokoh inilah yang mengakhiri perdebatan halal haram rokok. Dalam kitabnya Tadzkiratul ikhwan fi bayanil kahwah wal dukhan”, ahmad dahlan menjelaskan bahwa hukum minum kopi dan roko adalah mubah. Hal ini kemudian dijelaskan lagi oleh Syaikh Ihsan Jampes dalam karya kitabnya berjudul asli “Irsyadul ikhwan fi bayanil hukmi syurbul kahwah wal dukhan”(petunjuk tentang penjelasan hukum meminum kopi dan merokok.
Jumhur (terkenal dan terpercaya) ulama mayoritas berpendapat hukum mengopi dan merokok mubah. Jadi Rokok hukumnya adalah mubah. Dari diskusi terkini yang diadakan Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) yang digelar di Jakarta, 23-24 Februari 2010 “Tidak ada satupun dalil Alquran maupun Haditz yang mengharamkan rokok. Jadi siapapun itu berhak untuk merokok atau tidak merokok. Apalagi bagi perokok yang sudah membayar pajak. Mengomentari hasil diskusi tersebut Rois Syuriah PWNU Jatim Kiai Miftachul Ahyar Ada yang ketagihan rokok, kalau tidak merokok dia malah tidak konsentrasi dan tidak bisa kerja. Untuk orang ini berarti merokok malah diharuskan. Hanya saja, bagi orang yang sakit-sakitan dan dikawatirkan malah memperparah penyakitnya, maka merokok jadi haram.
Tak heran bila tradisi merokok sudah mengakar di rakyat. Di dunia pesantren, kopi dan rokok bukanlah suatu hal yang asing. Seakan-akan ia sudah menjadi tradisi yang mendarah daging. Mayoritas kyai-kyai di pesantren tentulah peminum kopi dan perokok sejati. Dan bahkan di masjid-masjid di Sumatera Barat malah menyediakan asbak-asbak rokok sebagai tempat membuang abu para perokok yang datang ke masjid.

sumber: http://kompasiana.com/ahmadzainul

Jumat, 06 Mei 2011

Kisah Cinta Siti Khadijah Al-Kubra dengan Muhammad saw. Muda




 
Makkah, sekitar 595 M. Suatu hari di tahun itu, seorang perempuan bangsawan, kaya raya, cantik, dan terkenal cerdas serta tegas duduk mendengarkan laporan seorang anak muda tentang perjalanan dan transaksi perdagangan yang dilakukannya di Syam (sebutan yang diberikan bagi kawasan yang membentang dari pegunungan Taurus, di sebelah utara, sampai ke Sinai, di sebelah selatan, dan antara Laut Putih di sebelah barat dan hulu sungai Eufrat dan padang pasir Arab di sebelah timur). Ternyata, transaksi itu sangat menguntungkan, karena anak muda itu dapat menjual barang dagangan yang dibawanya hampir dua kali lipat dari harga yang dibayarkan. Namun, bukan laporan itu yang memikat perempuan anggun nan cantik yang berusia sekitar empat puluh tahun itu. Entah kenapa perhatiannya kali ini lebih banyak tak terkendali dan kemudian tiba-tiba terpusat pada anak muda itu sendiri. Bukan pada laporan yang dikemukakannya.

Anak muda yang berusia sekitar dua puluh lima tahun itu memiliki sosok tubuh sedang, ramping, dengan bentuk kepala besar, punggung lebar, dan anggota tubuh lainnya yang sangat serasi. Kulitnya cerah, tidak terlalu putih dan tidak coklat. Rambut dan janggutnya lebat dan hitam, tidak lurus dan tidak terlampau ikal. Rambutnya mencapai pertengahan antara daun telinga dan punggungnya. Panjang janggutnya serasi. Sementara dahinya lebar, matanya berbentuk oval lebar, dan alis matanya yang lebat tampak melengkung namun tidak bertaut. Hidungnya mancung, mulutnya lebar berbentuk bagus. Walaupun janggutnya dibiarkan tumbuh, ketampanannya senantiasa berpendar, sedangkan kumisnya tumbuh lebat di atas bibir atasnya. Yang menambah ketampanan alamiahnya adalah cahaya yang memancar di wajahnya dan pendar cahaya itu terutama tampak pada dahinya yang lebar dan matanya yang bening.

Perempuan yang kelak mendapat gelar agung “Ibunda Pertama Orang-Orang Beriman” itu benar-benar terpesona dan terpikat dengan anak muda itu. Menyadari dirinya masih cantik, namun lima belas tahun lebih tua ketimbang anak muda itu, tiba-tiba membersit dalam benaknya “ide berani”: maukah anak muda itu menikah dengannya? Memang dia sudah banyak mengenal kehidupan, juga mengenal pelbagai tipe pria. Dia pun telah melintasi dua kali perkawinan dengan dua pria dari kalangan bangsawan. Dia juga sudah banyak memberi upah kepada sejumlah orang tua dan anak muda yang membawa barang dagangannya. Tapi, dalam hidupnya, dia belum pernah melihat atau mengenal pria yang sungguh istimewa seperti anak muda yang satu itu.

Begitu anak muda itu memohon diri dan berlalu, hati perempuan nan cantik dan berkepribadian sangat matang itu sangat resah dan gelisah. Bayang-bayang anak muda nan tampan, santun, ramah, dan berakhlak mulia itu benar-benar “menyergap” dan menggelayuti benaknya. Dia pun tenggelam dalam pikirannya, membayangkan kembali nada-nada suara anak muda yang menggemakan kejujuran, keramahan, kesantunan, dan ketegasan itu ketika menceritakan perjalanannya ke Syam. Dia tenggelam dalam perasaannya membayangkan kembali seraut wajah anak muda yang memancarkan keagungan dan kemudaan itu. Tiba-tiba, dia merasakan suara hatinya berputar-putar mengitari ruangan tempat dia bertemu dengan anak muda tersebut. Seketika pula hatinya bergetar dan tubuhnya gemetar. Dia kemudian bertanya kepada dirinya sendiri, “Duh, mengapa hatiku bergetar dan tubuhku gemetar, sedangkan masa mudaku hampir atau malah sudah berlalu?”

Apa sesungguhnya yang sedang terjadi?

Ketika merasa telah menemukan jawabannya, perempuan anggun nan bangsawan itu tiba-tiba tertegun dan tercenung. Benar-benar bingung dan limbung. Dia tidak tahu bagaimana menghadapi dunia dengan membawa perasaan seperti itu, selepas sedemikian lama dia menutup hatinya dan terlepas dari kehidupan pria. Dia pun tidak mengerti, bagaimana dia harus menghadapi keluarganya, selepas menolak lamaran para tokoh dan para hartawan terpandang dan terkemuka di kota kelahirannya. Tapi, mengapa pula dia sibuk memikirkan tanggapan kaumnya, sebelum mengetahui tanggapan anak muda itu tentang dirinya? Apakah anak muda itu akan menaruh hati kepada seorang perempuan berusia empat puluh tahun dan berstatus janda? Ya, seorang perempuan yang telah berusia empat puluh tahun dan berstatus janda.

Perempuan yang mendapat gelar Putri Quraisy (Amirah Quraisy) itu pun merasa diterpa perasaan sangat malu. Dalam usianya yang telah cukup lanjut, jika dibandingkan dengan anak muda itu, tentu dia lebih layak menjadi ibunda bagi anak muda itu. Malah, seandainya ibunda anak muda itu masih hidup pun, usianya tentu belum melintasi empat puluh tahun perjalanan hidup anak manusia. Selain itu, dirinya pun saat itu adalah seorang ibunda. Suami pertamanya memberinya seorang putri yang hampir tiba saatnya memasuki mahligai perkawinan. Sementara suami keduanya telah memberinya seorang putra, seorang bocah yang masih kecil.

Akhirnya, tak kuasa menanggung beban gelegak hati dan pikiran yang sangat berat dan menggelisahkan hati itu, dia pun mengundang seorang sahabat karibnya yang bernama Nafisah binti Munabbih, untuk melepaskan beban yang hampir tak kuasa ditanggungnya itu. Ketika sang sahabat datang menemuinya, dia pun segera melontarkan segala gejolak dan gelegak hati dan pikirannya yang galau dan risau itu kepada sang sahabat. Selepas berbincang dan bertukar pikiran lama, akhirnya sang sahabat menawarkan diri untuk mendekati anak muda itu, dan jika perlu, mengatur pernikahan mereka berdua.

Tak lama selepas meninggalkan rumah megah perempuan anggun nan bangsawan yang sedang diterpa “penyakit cinta” itu, Nafisah pun dengan bergegas segera datang kepada anak muda yang membuat galau dan risau sahabatnya itu. Selepas berbagi sapa sejenak dengan anak muda nan tampan, santun, ramah, dan berakhlak mulia tersebut, Nafisah kemudian “menyergap”nya dengan sederet pertanyaan: apa sebabnya hingga saat itu dia belum juga berkeluarga; mengapa menghabiskan masa mudanya begitu saja; mengapa tidak menenteramkan hati di samping seorang istri yang menyayanginya dan meniadakan kesepian serta dapat menghiburnya?

Mendengar sederet pertanyaan yang mengusik hatinya itu, anak muda yatim dan tak pernah mengenal wajah ayahnya semenjak lahir itu hampir tak kuasa menahan air matanya yang hampir tumpah. Seketika dia teringat akan kesepian dan keperihan hidup yang dideritanya semenjak ditinggal wafat ibundanya sebagai bocah berusia enam tahunan. Dia pun memaksakan dirinya untuk tersenyum seraya menjawab, “Aku belum menemukan siapa yang akan menjadi teman hidupku.” Seketika itu juga Nafisah binti Munabbih “menyergap”nya dengan jawaban, “Bagaimana kalau engkau ditawari seseorang yang memiliki harta, kecantikan, kemuliaan, dan kebangsawanan? Apakah engkau masih juga tidak menaruh perhatian?”

Pertanyaan Nafisah terasa menyentuh hati anak muda itu yang tak lain adalah Muhammad bin ‘Abdullah yang kala itu belum lagi diangkat sebagai Utusan Allah. Seketika itu pula dia mengerti, siapa yang dimaksudkan oleh Nafisah. Dialah Khadijah binti Khuwailid. Siapa lagi, di Kota Makkah kala itu, yang dapat menandingi Khadijah binti Khuwailid dalam hal kemuliaan, kebangsawanan, dan kecantikan? Ya, andaikata benar yang ditawarkan Nafisah adalah Khadijah, tentu saja dia mau. Tapi, apakah memang Khadijah yang dimaksudkan Nafisah? “Bagaimanakah aku dapat menikahinya?” tanya anak muda itu dengan perasaan ragu dan galau. “Serahkan hal itu kepadaku!” jawab Nafisah binti Munabbih lega dan gembira, karena anak muda itu tak menolak calon istri yang ditawarkan kepadanya.

Nafisah binti Munabbih segera memohon diri. Dia meninggalkan anak muda itu hanyut dalam lamunan, membayangkan kelemah-lembutan Khadijah. Terbayang di pelupuk mata dan dalam pikirannya, masa depan nan indah, penuh kemesraan dan kasih sayang. Tapi, dia segera menghentikan angan-angannya, agar tidak mengkhayal terlalu jauh. Sebab, dirinya tahu, Khadijah pernah beberapa kali menolak lamaran orang-orang Quraisy terkemuka dan terpandang. Untuk menenangkan diri, dia segera pergi menuju Ka‘bah seraya berusaha mencoba bersikap realistis.

Pada saat yang sama Nafisah segera menapakkan kaki menuju rumah Khadijah binti Khuwailid. Betapa gembira hati Khadijah selepas mendengarkan hasil perbincangan sahabatnya itu dengan anak muda itu. Khadijah kemudian meminta Nafisah memanggil anak muda itu agar datang kepadanya. Setelah dia datang, Khadijah pun berkata kepadanya, “Wahai putra pamanku! Aku mencintaimu karena kebaikanmu kepadaku. Juga, karena engkau senantiasa terlibat dalam segala urusan di tengah masyarakat dengan sikap nan bijak. Aku menyukaimu karena engkau dapat diandalkan, juga karena keluhuran akhlak dan kejujuran perkataanmu.”

Kemudian perempuan nan bersih dan suci (Al-Thahirah) yang menurut beberapa sumber lahir di Makkah sekitar 555 M dan putri pasangan suami-istri Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin Qushai dan Fathimah binti Zaidah bin Al-‘Asham dari Bani ‘Amir bin Lu’ayyi bin Ghalib itu menawarkan dirinya untuk dinikahi. Mereka pun sepakat agar masing-masing berbicara kepada pamannya. Khadijah berbicara kepada pamannya, ‘Amr bin Asad, karena ayahandanya, Khuwailid bin Asad, berpulang menjelang peristiwa Perang Fijar. Pada kesempatan tersebut, Hamzah bin ‘Abdul Muththaliblah, didampingi Abu Thalib bin ‘Abdul Muththalib dan beberapa orang lainnya, yang diutus Bani Hasyim untuk mewakili mereka. Meskipun relatif masih muda, Hamzah adalah yang paling dekat hubungannya dengan Bani Asad, karena saudara perempuan kandungnya, Shafiyyah binti ‘Abdul Muththalib, menikah dengan saudara lelaki Khadijah, Al-‘Awwam bin Khuwailid (suami keduanya). Maka, Hamzah membawa keponakannya menemui ‘Amr bin Asad dan melamar Khadijah. Kesepakatan dicapai di antara mereka bahwa Muhammad harus memberinya mahar dua puluh ekor unta betina. Dan, kemudian, dilaksanakanlah pernikahan antara Muhammad bin ‘Abdullah dan Khadijah binti Khuwailid bin Asad yang berasal dari klan Bani Hasyim dari suku Bani Asad.

Ya, itulah penggalan kisah cinta antara Khadijah Al-Kubra dengan Muhammad Saw. yang antara lain Ahmad Rofi' Usmani hadirkan dalam buku Rumah Cinta Rasulullah. Kisah-kisah cinta lainnya, antara beliau dan para istri yang lain, juga bagaimana beliau “mengarungi” gelombang perkawinan beliau, yang kadang juga “memanas”, serta bagaimana tentang hubungan dan etika seksual yang beliau ajarkan, Anda dapat membacanya dalam buku tersebut yang telah beredar sejak 24 Mei 2007 dan diterbitkan oleh Penerbit Mizania, Bandung. Selamat menikmati buku tersebut!


Sumber: http://arofiusmani.blogspot.com/

Kamis, 05 Mei 2011

SEJARAH KUTANG


Pada awal abad ke-19, menutup dada belum jadi kelaziman di Indonesia. Kebiasaan mengenakan kutang diperkenalkan Belanda. Masuk melalui perempuan-perempuan Belanda, yang ikut bersama dengan suami-suami mereka. Pakaian dalam ini kemudian ditiru oleh perempuan-perempuan Indonesia, dan mulai dikenakan dibalik kebaya atau gaun terusan ala noni Belanda.

Di Indonesia, bra dikenal dengan nama BH. Mungkin sampai sekarang, hanya sedikit yang tahu kepanjangan dari BH. BH adalah singkatan dari ‘Buste Hounder‘ [bahasa Belanda], yang berarti ‘pemegang susu/payudara

************

Dalam novelnya, Pangeran Diponegoro, Remy Sylado menjelaskan asal-muasal istilah kutang.

Pada saat awal abad 19 ketika dimulainya pembangunan proyek jalan Deandels dari Anyer sampai Panarukan tersebutlah seorang pembantu setia Gubernur Jenderal yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek tersebut. Dialah Don Lopez comte de Paris, keturunan Spanyol yang secara penampakan berbadan kekar.

Hingga awal abad 19 di daerah Jawa masih banyak penduduk (wanita) yang bertelanjang dada. Mereka hanya memakai penutup di bagian bawah. Bahasa Jawanya ngligo, dan ini sebetulnya hal yang biasa di desa-desa dan kota. Adalah Don Lopez yang pertama kali menyuruh para pekerja paksa proyek jalan Anyer Panarukan itu untuk menutup bagian payudaranya.

Kepada budak-budak dari Semarang yang mengerjakan jalan pos di kota tersebut Don Lopez memotong kain putih dan memberi kepada salah satu budak perempuan yang tergolong cantik dan belia. Sambil memberikan potongan dia berkata “tutup bagian berharga itu”. Dalam bahasa Prancis kata berharga adalah “coutant”.

Ternyata budak perempuan itu bertanya-tanya untuk apa kain itu. Don Lopez terus menunjuk-nunjuk payudara perempuan itu dan berkata,” Coutant! Coutant”.

Budak itu tetap tak mengerti juga. Ia hanya melihat bagian payudaranya apakah ada yang salah.

Orang yang melihat adegan tersebut serta merta mengira bahwa kain putih yang ditunjuk-tunjuk ke payudara untuk dipakai sebagai penutup dan bernama coutant. Salah seorang budak yang ada di dekat perempuan itu lantas berkata “Oooo, kuwi jenenge kutang”.

Sejak itu lahirlah istilah baru yang sebenarnya salah kaprah.

TAPI BAGAIMANA SEBENARNYA SEJARAH KUTANG?


Sejarah bra dimulai sejak 2500 SM, di mana saat itu para cewek di pulau Kreta, Yunani telah menggunakan pakaian sejenis bra di luar pakaian mereka untuk mengangkat payudara mereka. Tahun 450 SM, cewek Romawi menggunakan semacam kemben untuk mengatur ukuran payudara mereka.

JEJAK pemakaian kutang/bra dimulai sejak abad ke-3 ketika para perempuan Romawi membebatkan semacam perban untuk membungkus dada mereka saat berolahraga.

Cikal-bakal bra seperti yang kita kenal sekarang diluncurkan kali pertama di Paris, Prancis, pada 1889. Desain bra modern itu dibuat oleh seorang pengusaha pakaian bernama Herminie Cardolle. Bentuknya masih menyerupai korset, pendahulu bra. Bedanya, Cardolle membagi pakaian dalam perempuan itu menjadi dua bagian, perut dan dada. Brassiere yang merupakan akar kata dari bra kali pertama digunakan oleh majalah Vogue pada 1907. Pada tahun 1912 istilah brassiere tercantum pada Oxford English Dictionary.

Meski cikal-bakalnya sudah ada, perempuan di masa itu lebih memilih mengenakan korset. Kebiasaan ini sempat hilang ketika Perang Dunia I. Pasalnya, industri militer negara-negara yang terlibat perang, membutuhkan banyak logam untuk memproduksi peralatan perang. Logam pada korset harus dialihfungsikan untuk kebutuhan yang dianggap jauh lebih mendesak itu.

Pada 1917, Bernard Baruch, Ketua Dewan Industri Perang Amerika secara khusus meminta para perempuan untuk meninggalkan kebiasaan mereka mengenakan korset. Pemakaian korset pada dasarnya membahayakan kesehatan. Meski membentuk tubuh seorang perempuan sesuai standar kecantikan di masa itu, korset membuat susah bernapas, dan pada beberapa kasus ekstrem menyebabkan terjadinya dislokasi organ. Tak sulit bagi perempuan untuk meninggalkan kebiasaan yang sungguh menyiksa tersebut. Hasilnya, sebanyak 28.000 ton logam berhasil “dialihfungsikan” untuk keperluan industri perang. Jumlah itu cukup untuk membuat dua buah kapal perang besar.

Perempuan harus menemukan alternatif untuk membungkus dada mereka. Pada saat inilah Mary Phelps Jacob, seorang sosialita Amerika, mulai memperkenalkan bra modern yang pertama pada 1910. Jacob bermaksud menghadiri sebuah pesta besar dengan mengenakan sebuah gaun malam tipis berpotongan dada rendah. Rangka korset dari tulang ikan hiu yang hendak dikenakannya mengganggu keindahan gaun yang dipersiapkan sejak jauh hari.

Bersama salah seorang pelayannya, dia membuat pakaian dalam dari dua saputangan sutra yang disatukan dengan pita merah muda. Desain ini kemudian menjadi populer di lingkaran pergaulan Jacobs dan kemudian dipatenkan pada 1914.

Tren fashion kemudian bergeser dari bentuk tubuh montok (yang dimodifikasi dengan menggunakan korset) ke bentuk tubuh kurus dengan dada rata. Gaya yang dianggap modern saat itu adalah gaya busana perempuan yang dibuat praktis tanpa menggunakan banyak bahan dan membuat perempuan lebih mudah bergerak. Pergeseran tren ini diikuti kian aktifnya perempuan di berbagai lapangan pekerjaan. Perempuan yang mengikuti fashion, yang dianggap mencerminkan pemberontakan itu, kemudian lazim disebut flapper.

Bra dengan bentuk modern ini kemudian mulai diproduksi secara massal pada 1920-an. Tapi produksi massal itu belum memperhatikan ukuran individual masing-masing perempuan.

Barulah pada 1922 perempuan bisa mengenakan kutang dengan lebih nyaman ketika Ida dan William Rosenthal merevolusi bentuk bra. Mereka menciptakan ukuran baku bra yang terdiri dari lingkar linear rusuk dan ukuran volume dada (cup size) dengan menggunakan abjad (A, B, C, D, dan seterusnya). Ukuran A sama dengan delapan ons cairan, sementara B setara dengan 13 ons, dan C sama dengan 21, dan seterusnya. Ida dan William kemudian mendirikan perusahaan bra Maidenform yang beroleh kesuksesan luar biasa dan menjadikan pasangan Rosenthal jutawan. Maidenform masih berdiri hingga sekarang.

Sketsa awal kutang.
 
Bra menjadi bagian dari busana sehari-hari perempuan hingga muncul revolusi pemikiran tentang peran perempuan. Di Amerika, revolusi ini dimulai ketika buku Feminine Mystique karya Betty Friedan terbit pada 1963. Buku itu mempertanyakan peran perempuan, yang seolah dikembalikan ke ranah domestik oleh sistem masyarakat ketika itu.

Hal ini berlanjut hingga 1970-an di mana protes atas ikon-ikon yang dianggap mengekang perempuan dipertanyakan oleh kaum feminis. Germaine Greer, salah seorang feminis intelektual, menyatakan bahwa, “Bra adalah sebuah ciptaan yang menggelikan.”

Sebagai dukungan atas pemikiran itu, banyak perempuan memutuskan untuk tak lagi mengenakan bra. Sedikit banyak hal ini cukup memukul industri bra. Ida Rosenthal, sang industrialis pakaian dalam, hanya menjawab dengan santai, “Kita bebas memilih. Sah-sah saja kalau orang berpakaian atau telanjang. Tapi setelah usia 35, tubuh perempuan tak memungkinkan untuk tidak mengenakan bra. Usia tidak berpihak kepada saya.” Belakangan kata-kata Ida itu terbukti ada benarnya.

Meski sempat mengalami hambatan, industri bra terus berkembang. Apalagi ketika Madonna mengenakan sebuah kostum bra yang meruncing di bagian dada. Kostum itu dibuatkan khusus oleh perancang Prancis Jean-Paul Gaultier untuk tur Blonde Ambition pada 1990.

Di berbagai negara bra/BH disebut dengan cara berbeda-beda. Di Prancis penahan dada itu disebut soutien-gorge (penopang tenggorokan), di Spanyol sujetar (menopang). Di Jerman bustenhalter, di Swedia bysthallare, dan di Belanda bustehouder–semuanya berarti penopang dada. Sementara dalam bahasa Esperanto (Rusia) bra disebut mamzono yang artinya sabuk dada.

*************

**Kisah Lucu Presiden Soekarno**

Suatu hari di tahun 1956, untuk pertama kalinya Presiden Sukarno berkunjung ke Amerika Serikat. Pada kunjungan pertamanya, ia merasa mendapat sambutan yang begitu hangat dari rakyat Amerika. Di antara sela-sela kunjungannya, Bung Karno menyempatkan diri untuk berjalan-jalan, menikmati kota California.

Sesaat, ia teringat pesan istrinya yang minta dibelikan kutang, alias BH, atau bra. Ia pun segera menuju gerai pakaian dalam diantar Ny. Johnston, janda raja film Amerika. Di sudut pakaian dalam wanita, Bung Karno masih kebingungan bagaimana memilih kalimat yang pas untuk tujuannya mencarikan BH titipan istrinya. Sementara, para penjaga toko sudah gelisah menunggu “titah” Bung Karno. Segera Bung Karno nyeletuk, “Bolehkah saya lihat salah-satu songkok daging yang terbuat dari satin hitam itu?”

Gadis penjaga konter BH pun mengambilkan beberapa buah. Entah berpura-pura lupa, atau ada unsur iseng, yang pasti Bung Karno menunjukkan lagak kebingungan untuk menentukan ukuran. Hingga akhirnya ia berbisik kepada Ny. Jonston, “Apakah bisa dikumpulkan ke sini semua gadis penjual, supaya saya bisa menentukan ukurannya?

Maka… berpawailah gadis-gadis di hadapan Bung Karno. Tak dijelaskan, apakah dalam berparade mereka juga diharuskan membusungkan dadanya? Tapi dengan nada sopan, Bung Karno memandangi satu per satu dada para gadis penjual di toko itu. Komentarnya, “Tidak, engkau terlalu kecil… O, engkau kebesaran….” sampai akhirnya Bung Karno menunjuk seorang wanita dan berkata, “Yaa… engkau cocok sekali. Saya akan mengambil ukuranmu, please….”

Ternyata, Bung Karno tepat memilih ukuran BH untuk istrinya.

Heheh... Pak Presiden kita yang guaaanteng ini memang bisa saja nyari akal........

Iklan kutang tempo doeloe.

Ibu Ini Punya Tanduk dan Taring Panjang Seperti Vampir



London - Seorang ibu empat anak asal Meksiko mengubah penampilannya dengan merajah seluruh tubuhnya dan memasang titanium di bawah kulit muka dan dahinya untuk membuat kesan seperti tanduk. Wanita bernama Maria Jose Cristerna ini pun dijuluki "Wanita Vampir".

Cristerna adalah seorang artis tato dan pengacara. Ia menunjukkan sosoknya yang menakutkan di eksebisi tato di sebelah timur laut Kota Monterrey.



Cristerna mengaku mulai terobsesi dengan tato setelah jadi korban kekerasan domestik. "Tato merupakan bentuk pembebasan bagi saya," ujar Cristerna.


"Keluarga saya adalah keluarga Katolik taat. Saya belajar di sekolah religius. Saya jatuh cinta dan menikah pada usia 17 lalu melanjutkan karir," aku Cristerna.


Menurut dia, pemukulan dan penganiayaan yang ia terima secara beruntun di rumah membuatnya merajah hampir 100 persen dari seluruh tubuhnya.


Cristerna juga menambah piercing di muka dan menanam titanium di bawah kulit wajah dan dahinya untuk menciptakan kesan seperti tanduk.

Wanita berusia 35 tahun tersebut juga mengubah giginya untuk menciptakan taring panjang guna melengkapi penampilannya. Kendati penampilannya menyeramkan, Cristerna mengaku memiliki kehidupan normal.

"Tanduk yang saya miliki adalah simbol kekuatan dan ditanam tanpa obat bius. Saya juga memiliki taring karena saya menyukai vampir ketika kecil. Saya juga mengubah warna mata saya agar sesuai dengan keinginan saya," tambah Cristerna.

Perubahan penampilan Cristerna belum selesai. Cristerna berniat menanam dua titanium di belakang kepalanya.

Selasa, 03 Mei 2011

Misteri Hutan Menari [pict]


akhir - akhir ini saya sedang tertarik dengan fenomena - fenomena alam yang aneh dan unik. Dan kali ini saya akan membahas tentang fenomena hutan yang menari. Hutan yang menari ? tentu anda bingung kan ? Tenang, ini bukan cerita horor tentang hutan yang pohonnya benar - benar bisa menari. Ini adalah sebuah fenomena alam tentang sebuah hutan yang pohon - pohon di dalamnya memiliki bentuk yang sangat unik dan aneh. Kita semua akan terheran - heran jika melihatnya.


Hutan ini terletak di Taman Nasional Curonian Spit di daerah Kaliningrad, suatu daerah yang terletak di antara Curonian Lagoon dengan Laut Baltik, Rusia. Hutan pinus ini memiliki bentuk karakter pohon yang unik. Pohon - pohon pinus yang diperkirakan berumur 20 tahun di hutan ini memiliki bentuk yang meliuk - liuk di atas tanah seperti ular. Bahkan ada yang berbentuk spiral.





Pengurus Taman Nasional Curonian Spit menyebut hutan ini dengan Dancing Forest (Hutan yang menari). Sedangkan warga lokal menyebutnya dengan Drunken Forest (Hutan yang mabuk). Bentuk pohon - pohon pinus disini bagaikan bonsai yang dibentuk oleh alam. Sungguh luar biasa memang. Warga setempat sendiri tidak ada yang mengetahui mengapa hutan tersebut memiliki karakter pohon yang seperti itu, para ahli pun bingung dibuatnya.

Ada juga wisatawan - wisatawan yang berpendapat bahwa hutan tersebut mirip seperti apa yang pernah mereka lihat di sebuah tempat di Chernobyl. Namun saya tidak tahu tepatnya dimana karena minimnya informasi yang saya dapat.

Pengurus Taman Nasional beberapa tahun yang lalu juga memanggil mahasiswa - mahasiswa dari universitas lokal untuk meneliti apa sebenarnya yang menyebabkan pohon - pohon berbentuk aneh. Namun hasil yang didapat masih kurang. sehingga masih menimbulkan banyak teori

Teori - teori mengenai penyebab keanehan ini pun terus bermunculan. Bahkan ada paranormal yang menyatakan teorinya, bahwa di tempat tersebut adalah tempat dimana banyak energi positif dan energi negatif bertemu. Sehingga terjadi tubrukan energi positif dan negatif yang menyebabkan keanehan pada bentuk pohon - pohon pinus di hutan tersebut. Menurut saya teori yang satu ini agak kurang masuk akal ya. Mari kita simak teori yang lainnya.

Teori lain mengatakan bahwa faktor geologis lah yang menyebabkan keanehan tersebut. Teori ini menduga bahwa hal ini disebabkan karena adanya struktur tanah berpasir yang tidak stabil. Namun teori ini belum diperkuat dengan adanya penelitian lebih lanjut. Sehingga masih menimbulkan tanda tanya.

Teori yang terakhir mengatakan bahwa kemungkinan pohon - pohon pinus tersebut memiliki bentuk aneh disebabkan adanya hembusan angin kencang yang terus menerus. Sehingga karakter pohon - pohon tersebut memiliki bentuk yang aneh.

Well, menurut pendapat saya pribadi, dengan mengabaikan teori yang pertama karena penjelasannya kurang ilmiah, teori yang paling bisa diterima adalah teori yang terakhir. Karena memang sebuah tanaman akan terpengaruh oleh angin dalam pertumbuhannya. Dan memang banyak ahli yang lebih meyakini teori ini. Tapi tidak menutup kemungkinan juga bahwa teori yang kedua juga benar. Hanya saja belum ada penelitian di daerah tersebut mengenai struktur tanah nya. Sehingga masih diragukan kebenarannya.

Ini foto - fotonya gan. Ada lebih banyak.
Aneh kan ?













Cara Membuat Api Dengan Kentang, Garam Pasta Gigi, Kabel, Kapas Dan Lidi


Suatu metode yang sangat sederhana : cara membuat nyala api hanya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat (kentang, pasta gigi/odol, garam, tusuk gigi/lidi, kabel dan kapas).

Sedikit penjelasan : Apa yang terjadi di sini adalah bahwa fluoride dalam pasta gigi dan garam yang membentuk suatu elektrolit yang bereaksi terhadap tembaga dan seng (lapisan pd kawat kabel). Hal yang penting adalah kita bisa mendapatkan kedua ujung kabel (kawat) yang satu anoda dan yang lainnya katoda.

Menunggu 5 menit memungkinkan bahan kimia ygan ditempatkan didalam kentang bereaksi dan membangun sebuah muatan listrik, dan kentang yang kita gunakan bertindak sebagai baterai, kemudian panas dihasilkan oleh kosleting kedua ujung kabel dalam kentang sehingga memicu nyala api pada kapas.























sejarah rokok masuk di indonesia

Kisah kretek bermula dari kota Kudus. Tak jelas memang asal-usul yang akurat tentang rokok kretek. Menurut kisah yang hidup dikalangan para pekerja pabrik rokok, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19. Awalnya, penduduk asli Kudus ini merasa sakit pada bagian dada. Ia lalu mengoleskan minyak cengkeh. Setelah itu, sakitnya pun reda. Djamari lantas bereksperimen merajang cengkeh dan mencampurnya dengan tembakau untuk dilinting menjadi rokok.

orang inilah yang pertama kali merasakan rokok.

Kala itu melinting rokok sudah menjadi kebiasaan kaum pria. Djamari melakukan modifikasi dengan mencampur cengkeh. Setelah rutin menghisap rokok ciptaannya, Djamari merasa sakitnya hilang. Ia mewartakan penemuan ini kepada kerabat dekatnya. Berita ini pun menyebar cepat. Permintaan “rokok obat” ini pun mengalir. Djamari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi “keretek”, maka rokok temuan Djamari ini dikenal dengan “rokok kretek”. Awalnya, kretek ini dibungkus klobot atau daun jagung kering.

Sepuluh tahun kemudian, penemuan Djamari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek “Tjap Bal Tiga”. Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.

Menurut beberapa babad legenda yang beredar di Jawa, rokok sudah dikenal sudah sejak lama. Bahkan sebelun Haji Djamari dan Nitisemito merintisnya. Tercatat dalam Kisah Roro Mendut, yang menggambarkan seorang putri dari Pati yang dijadikan istri oleh Tumenggung Wiroguno, salah seorang panglima perang kepercayaan Sultan Agung menjual rokok “klobot” (rokok kretek dengan bungkus daun jangung kering)
yang disukai pembeli terutama kaum laki-laki karena rokok itu direkatkan dengan ludahnya.

Foto Promosi Rokok Pertama Kali














foto kemasan rokok yang di promosikan di indonesia pertama kali
















pabrik rokok pertama kali di indonesia tahun 1936 Pabrik Rokok Nitisemito

Organ Tubuh Syuhada Palestina Diperjual-Belikan




Atas nama sebuah stasiun televisi, Boström kemudian berkeliling mendatangi banyak keluarga orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, guna mencari tahu tentang masalah tersebut. Salah satu fakta yang ia dapat dalam perjalanannya yang menyedihkan itu adalah menyangkut Bilal Ahmad Ghanan.

Saat itu jam menunjukkan tengah malam ketika suara kendaraan militer Israel terdengar di luar desa Imatin di Tepi Barat sebelah utara. Desa yang dihuni 2.000 orang itu sunyi senyap, gelap, karena Israel telah mematikan aliran listrik di sana. Orang-orang berdiam di rumah mereka, di atap, di balik tirai, di balik pohon, menanti siapa yang akan menjadi korban pertama dari kekejaman tentara Israel. Tidak ada yang bisa keluar bahkan seekor kucing pun, tanpa mempertaruhkan nyawa mereka.

Lima hari sebelumnya, 13 Mei 1992, tentara Israel mendatangi desa itu untuk menangkap Bilal Ahmad Ghanan, pemuda 19 tahun yang sangat aktif melempari Israel dengan batu, membuat hidup penjajah menjadi tidak nyaman.

Ia merupakan salah satu pemuda Palestina yang paling dicari, karena merupakan pelempar batu yang cukup dikenal. Oleh sebab itu ia hidup berpindah-pindah di sekitar Nablus bersama pemuda pelempar batu lainnya, mereka bahkan tinggal di gunung. Jika mereka tertangkap oleh Israel, itu artinya kematian. Entah apa yang membuat Bilal turun ke desa pada hari itu, sehingga ia berhasil ditangkap Israel. Menurut kakaknya Talal, mungkin ia kehabisan makanan.

Malam itu, semuanya berjalan lancar sesuai rencana tentara Israel, ketika Bilal sudah mendekat, tembakan pertama mengenai dadanya. Menurut penduduk desa yang menyaksikan peristiwa itu, Bilal kemudian ditembak di tiap kakinya. Kemudian muncul dua orang tentara yang menembak bagian perutnya. Mereka lalu menyeret Bilal dengan menarik kakinya sepanjang kira-kira 20 langkah. Menurut saksi mata, beberapa orang dari PBB dan Palang Merah yang sedang berada disekitar tempat kejadian dan mendengar tembakan, segera mendatangi tempat itu untuk melihat dan merawat korban.

Terjadi perdebatan di antara mereka mengenai siapa yang berhak mengurus Bilal. Perdebatan itu berakhir dengan diangkutnya Bilal ke jeep tentara Israel yang segera membawanya keluar desa. Tidak ada yang tahu ke mana pemuda itu di bawa.

Lima hari kemudian, ketika hari sudah malam, Bilal kembali dalam keadaan sudah mati dan terbungkus kain hijau dari rumah sakit. Kapten Yahya, yang memimpin tentara Israel membawa Bilal pulang, berbisik ke telinga Boström, di tengah kegelapan, "Saat yang paling sulit bagi mereka." Ketika orang-orang Kapten Yahya menurunkan mayat Bilal dan mengganti kain hijau itu dengan kain katun, ia menyuruh beberapa kerabat Bilal untuk menggali lubang kubur dan mengaduk semen.

Ketika mereka menggali lubang kubur, tentara Israel tak hentinya tertawa-tawa dan bercanda dengan sesamanya hingga mereka pulang.

Saat Bilal diturunkan ke liang kubur, kain penutup terbuka, dan terlihat dadanya. Tubuhnya telah disayat pisau bedah dari bawah dagu hingga ke pusar, lalu dijahit kembali.

Bilal bukanlah orang pertama yang telah dikuburkan dalam keadaan serupa. Hal tersebut menimbulkan dugaan kuat bahwa sesuatu telah terjadi terhadap tubuh-tubuh orang Palestina itu.

Orang-orang Palestina di Tepi Barat dan Jaur Gaza akhirnya yakin apa yang telah terjadi dengan putra-putra mereka. Anak-anak kami telah dijadikan pendonor organ secara paksa, demikian kata keluarga dari Khaled di Nablus, ibu dari Raed di Jenin, dan paman-paman Mahmud dan Nafes di Gaza kepada Boström. Mereka semuanya menghilang selama beberapa hari, kemudian kembali pada malam hari, dalam keadaan tewas dan tubuhnya disayat pisau bedah.

Mengapa mereka harus menahan mayat-mayat mereka selama beberapa hari sebelum kami bisa menguburnya? Apa yang terjadi pada tubuh-tubuh mereka ketika itu? Dan mengapa otopsi perlu dilakukan, padahal penyebab kematiannya sudah jelas, dan tidak ada ijin dari kami untuk melakukan itu? Dan mengapa mayat mereka harus dikembalikan pada malam hari? Mengapa tentara yang membawa mereka pulang ke rumah? Mengapa mereka menutup area sekitar tempat penguburan? Dan mengapa mereka harus memadamkan listrik ketika itu? Banyak pertanyaan yang muncul.

Sekarang, keluarga dari para pria Palestina yang dibunuh itu ditidak lagi mengajukan pertanyaan semacam itu. Mereka sudah tahu jawabannya.

Jurubicara militer Israel menyanggah pernyataan orang-orang Palestina, dan mengatakan bahwa pencurian organ itu merupakan cerita bohong yang dikarang orang Palestina. Semua orang Palestina yang terbunuh selalu diotopsi, itu merupakan rutinitas, demikian katanya.

Bilal Ahmad Ghanan merupakan satu di antara 133 orang Palestina yang mati terbunuh tahun itu. Menurut data statistik, tahun itu orang Palestina tewas karena bebagai macam sebab, ada yang ditembak di jalan, karena ledakan, dipukuli, terkena gas air mata, dihantam keras, digantung di penjara, ditembak di sekolah, dibunuh di rumah, dan lain sebagainya. 133 orang itu usianya bervariasi, mulai dari 4 bulan hingga 88 tahun. Ada 69 tubuh yang kembali dalam keadaan sudah "diotopsi." Itu berarti hanya separuhnya. Dengan demikian, pernyataan jurubicara militer Israel yang mengatakan bahwa otopsi selalu dilakukan atas orang-orang Palestina yang tewas terbunuh, sama sekali tidak benar. Dengan demikian masih patut dipertanyakan, ada apa sebenarnya?

Sebagaimana diketahui, kebutuhan organ di Israel sangat tinggi, oleh karena itu, donor ilegal pasti terjadi sudah sejak lama. Dan hal itu dilakukan atas sepengetahuan pemerintah Israel. Bahkan para dokter senior di rumah-rumah sakit besar terlibat, sebagai mana petugas-petugas lainnya di setiap level. Faktanya, banyak pemuda Palestina yang menghilang, kemudian dikembalikan pada hari ke 5 di waktu malam dengan penuh kerahasiaan, dalam keadaan mati, dan tubuhnya disayat pisau bedah yang dijahit kembali.

Chachapoyas, Misteri peradaban yang hilang di Puncak Amazon Peru

Kota kuno Chachapoyas, negeri orang-orang awan yang hilang ratusan tahun lalu berhasil ditemukan. Sebutan "masyarakat awan" mungkin karena mengacu pada pegunungan andes yang selalu berselimut awan. Kehidupan dan kebudayaan kota kuno yang eksis sejak abad ke-9 ini, sampai sekarang masih misteri dan sulit diungkap karena mereka tidak banyak meninggalkan "catatan".



Meski hilang tanpa jejak selama ratusan tahun, namun jejak peradaban kota Chachapoyas yang kini masuk wilayah utara Peru, masih bisa ditemukan. Deretan patung-patung menghadap ke matahari terbit yang terkenal dengan sebutan "prajurit awan" tetap berdiri tegak hingga kini. Patung-patung itu melambangkan keperkasaan masyarakat mereka di masa lalu.

Situs Karija ini dibangun hampir 1 milenium. Sebenarnya itu merupakan kuburan, setiap patung melambangkan tokoh yang di makamkan di sana. Mungkin bisa dibilang mirip dengan situs-situs makam di Tanah Toraja, Sulawesi.



Patung-patung itu terbuat dari clay dan plant matt di mana di dalamnya berisi mumi para tokoh Chachapoya. Yang uniknya posisi patung berisi mumi itu sangat sulit dijangkau. Entah bagaimana masyarakat pada jaman itu membawa dan menempatkannya di sana. Sebab, telah diteliti, tidak ada jalan yang bisa diakses menuju tempat itu.

Kisah bangaimana kehidupan di Chachapoyas nyaris menjadi misteri karena tempatnya sangat terisolir. Kota kuno Chachapoyas yang hilang ini, ditemukan tahun 2008 di hutan lebat Amazon, yang sangat terisolir, oleh tim ekspedisi arkeologi. Jaraknya sekitar 500 km sebelah timur laut Lima.

Tim arkeologi menemukan benteng-benteng dari batu serta bangunan-bangunan yang berada di tepi jurang, sisa-sisa tembok yang memuat lukisan-lukisan yang di pahat di bebatuan. Mungkin ini dibangun mereka untuk melindungi dari musuh.





Sayangnya, tidak banyak yang tahu tentang keberadaan kota kuno ini. Hanya sedikit catatan tentang hal itu, termasuk tentang kebudayaan mereka yang berkembang di abad ke-9. Kenyataannya, kota kuno itu berada di puncak ketinggian. Diduga, kota di ketinggian itu sengaja dikembangkan untuk pertahanan terhadap musuh.

Akan tetapi nasib mereka menjadi tak menentu ketika kekaisaran Inca semakin berkembang dan berhasil menaklukkan mereka 500 tahun lalu. Meskipun bangsa Chachapoyas sempat memberi perlawanan keras, namun kekuatan Inca tak tertandingi.

Keberuntungan datang ketika Spanyol datang pada 1535. Sisa-sisa suku Chachapoyas berpihak pada Spanyol untuk berperang melawan suku Inca. Namun kemudian datang penyakit orang Eropa, yakni cacar, yang melenyapkan populasi mereka.





Penulis sejarah Cieza Pedro de León menulis, sosok orang-orang Chachapoyas berkulit putih dan tampan, kaum wanitanya cantik-cantik, itulah sebabnya banyak orang Inca ingin menjadikan mereka istri.

Makam tokoh orang-orang awan ini di chullas, di sisi tebing yang dicat dengan atap runcing, khususnya yang ditemukan di Revash. Namun yang paling mengesankan dari peninggalan konstruksi Chachapoyas adalah Kuelap, benteng monumental yang berada 9.500 meter di atas permukaan laut. Bangunan itu bagian luarnya dilindungi oleh batu-batu besar.



Di Kuelap ada sekitar empat ratus gedung yang mungkin ditempati oleh sekitar 3.500 jiwa. Bandingkan dengan bangunan milik bangsa Inca, Manchu Picchu yang terkenal. Kompleks ini (Kuelap) menunjukkan bahwa bangsa Chachapoyas pada 1000 tahun lalu telah mampu membuat suatu yang luar biasa.



Siapa yang tahu, apalagi yang akan ditemukan di pedalaman andes amazon? Semua memang masih misteri, seperti misteriusnya Chachapoyas. Minimnya catatan tentang suku ini memunculkan pesimis apakah bisa menguak kisah "orang-orang awan" ini.

sumber